Temans,
Permasalahan gizi buruk menurut saya memang sangat komplek sekali. BUkan hanya karena konsumsi ikan masyarakat kita yang rendah saja namun masih banyak penyebab lain yang juga andil seperti pola hidup, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dll.
Konsumsi ikan masyarakat kita tidak dapat dibandingkan dengan konsumsi ikan masyarakat Jepang, itu sama saja membandingkan antara bumi dan langit. Suatu yang tidak mungkin. So teman2 LSM tidak usah membandingkan kita dengan negara maju seperti jepang, bandingkan saja dengan negara terdekat kita Malaysia yang budaya dan pola hidupnya sama. Masyarakat Jepang mulai makan pagi sampai makan malam menu makannya diatur, kalau temans berkunjung ke restoran/kantin di jepang nilai kalori dan lainnya yang terkandung di dalam makanan yang akan disediakan tertera jelas. sehingga sang pembeli dapat mengira jelas berapa kalori yang dia makan dalam satu hari tersebut. Lain dengan kita, pola makan kita bahkan tidak menentu. Anda dapat lihat bagaimana temans yang bekerja di sekitar jalan Sudirman-Thamrin Jakarta, menu makan siang kebanyakan gado-gado, mie ayam, mc. donald, KFC, tahu isi ... dan sejenisnya, ditambah dengan minum Teh Botol ..... Tentu saja itu semua tidak termasuk dalam menu sehat.
Kembali ke permasalhaan ikan kita, memang hasil tangkap kita banyak yang diekspor ke luar negeri, tidak lain karena memang seperti yang disampaikan Ibu Mulia, itu mengikuti hukum pasar. Apalagi kebanyakan pemilik modal (baca: pengusaha perikanan) kita tidak lain adalah orang asing (Jepang, China, Korea dll). So tidak dapat disangkal bahwa hasil tangkapan kita akan dikirim ke asal pengusaha tersebut, selain harga yang bagus juga memang tujuan awal berusaha di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat mereka.
Inilah tugas pemerintah, dengan menerapkan pola2 kebijakan yang memihak rakyat.Tentulah temans sudah tahu bagaimana kebijakan pro masyarakat itu.
By. Agung Sudrajad, Dr.Eng