Saturday, April 10, 2010

MERESAPI PUISI WISUDA

Hiks,,,,,

Bener!!!

Sedih banget kalau kita bener-bener meresapi kata yang terurai dalam puisi itu. Logis serta penuh kenyataan seperti yang pernah kita lakukan kepada kedua orang tua. Kata-katanya memang simple, tidak banyak menggunakan kata istilah atau majas.

Semalam aku dapet dari laptop temen, kebetulan laptop itu aku perbaiki. Yach, yang namanya memperbaiki laptop! Suntuk banget kalau gak ada musik. Aku coba lirik kesana-kemari lagu yang enak untuk didengerin, tanpa unsur kesengajaan (baku ya?wkwkkw)  ngelihat format mp3 yang berjudul “puisi untuk kadek”, akhirnya penasaran juga dan berniat pingin dengerin tuh mp3.

Pertama sich,,,, masih biasa aja. Waktu keluar kata-kata “IBU”, disitulah aku mulai menikmati dan meresapi kata- kata, bait ke bait dan setiap ungkapan yang dikeluarkan. Distu aku langsung teringat akan sosok seorang Ibu yang sekaligus menjadi seorang Ayah dalam sebuah keluarga. Dimana dalam puisi itu diceritakan perjuangan seorang ibu dalam melahirkan dan membesarkan buah hatinya dan seorang Ayah yang banting tulang guna mendapatkan sesuap nasi untuk dibawa pulang dan menikmati bersama keluarga dirumah. Yang membuat binar mengkilat mata saya sampai meluncur kepipi hingga lantai merasakan tetesan air yaitu tatkala aku membayangi seorang Ibu yang merangkap  jadi seorang Ayah/ Kepala Keluarga => Itulah IBU-KU.

Berapa lama aku sudah menyusahkan Beliau dan berapa banyak aku menyakiti Beliau??? Tapi, apakah Beliau pernah dendam padaku??? Rasanya itu tidak pernah terjadi sama Beliau. Mungkin itulah yang dinamakan cinta sejati….

Entah apa yang yang harus kulakukan??? dan apapun yang kulakukan untuk membalas semua yang telah Beliau berikan, rasanya tidak akan dapat terbayar/terlunasi dengan apa yang telah Beliau persembahkan buat saya. Sungguh IBU itu seorang makhluk Tuhan yang paling mulia bagi kita.