Friday, December 20, 2019

Apa Bukti Islam yang Masuk ke Indonesia Berhaluan Ahli Sunnah wal Jama’ah?

Tentang pendapat bahwa ajaran Islam yang masuk ke Indonesia itu berhaluan Ahli Sunnah wal Jama’ah, kiranya dapat juga dibuktikan dengan fakta sejarah sebagai berikut : 

  1. Pada tahun 52 H orang-orang Arab dari utusan Mu’awiyyah bin Abu Sufyan telah mendirikan kampung Pariaman, pantai barat Sumatra Barat.
  2. Khalifah Mua’wiyyah bin Abu Sufyan pernah berkirim surat kepada raja Sriwijaya di Jambi (Sumatra Selatan), yakni Sri Maha Raja Lukitawarman. Bahkan beliau pernah berkirim surat kepada Ratu Sima di Kalingga Jepara, Jawa Tengah Isi surat itu selai tentang urusan perdagangan juga tentang ajakan atau dakwah Islam. Karena itulah Raja Jepara tersebut telah masuk Islam kira-kira pada abad akhir I H.
  3. Pada tahun 715 sd 717 M atau sekitar tahun 96 sd 99 H, Sulaiman bin Abdul Malik khalifah Bani Umayyah VII, mengirimkan armadanya ke wilayah Timur lewat teluk Persia, Gujarat, Samudra Pasai, Perlak dan terus ke Jambi. Khalifah juga mengirimkan armadanya ke laut Turki untuk mengepung kota Konstantinopel, dengan kekuatan prajurit sebanyak 600 ribu orang, dan menggunakan kapal layar sejumlah 1700 buah. Namun demkian jumlah armada yang dikirm khalifah ke Timur itu, tidak sebanyak jumlah armada yang dikirimkan ke laut Turki, karena tujuannya bukan untuk melakukan serangan tetapi semata-mata untuk menjalankan dakwah dakwah Islamiyah. Karena itu, khabar mengenai sampainya utusan khaifah Mu’awiyyah bin Abu Sufyan itu ke hulu sungai Jambi di Sumatra Tengah dan Jepara, di Jawa Tengah, dapat diterima. Apalagi dengan adanya Sri Maha Raja Serindrawarman di Sriwijaya, jambi memeluk agama Islam secara sukarela pada tahun 99 H atau sekitar 86 tahun setelah wafatnya Rasulullah SAW. 
  4. Pada waktu khaifah Umar bin Abdul Aziz dari bani Umayyah berkuasa, pada tahun 99 H sd 101 H setelah menggantikan khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, telah terjadi kerospondensi antara beliau dengan maha raja Jambi dan Ratu Sima tersebut. Surat-surat hasil kerospondensi itu, khabarnya masih tersimpan dengan baik di Granada, Spanyol. 
Dari uraian tersebut di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ajaran Islam yang masuk ke Indonesia dan telah dianut oleh penguasa-penguasa yang telah memeluk agama Islam itu, seperti Maharaja Jambi dan Ratu Jepara berhaluan Ahli Sunnah wal Jama’ah dan bukan Syi’ah, sebab raja-raja Bani Umayyah yang telah berjasa dengan usahanya menyiarkan Islam ke Timur itu adalah raja Islam yang tidak sejalan dengan haluan atau paham Syi’ah. Sementara mazhab furu’ syari’at pada jaman itu belum terkenal. Karena perkembangan mazhab-mazhab fikih Islam dari 4 Mazhab besar, yaitu Imam Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali, baru dikenal pada pertengahan abad I H sampai pada pertengahan abad III H. 


Karena itu seminar di medan tentang masuknya Islam ke Indonesia tersebut menetapkan, bahwa mazhab Syafi’i sejak semula perkembangan Islam telah berpengaruh dalam kerajaan Pasai. Bahwa raja-raja Pasai itu adalah seorang ahli fiqih mazhab Syafi’i. Begitulah selanjutnya kedatangan ulama-ulama Islam dari luar negri ke Aceh untuk memperteguh dan memperkuat mazhab Syafi’i yang telah ditanamkan oleh raja-raja Pasai itu. Karena itulah umat Islam Indoneisa sejak dahulu sampai sekarang, hampir seluruhnya menjadi pengikut mazhab Syafi’i, tetapi disamping itu mereka membenarkan juga pengikut mazhab Hanafi, Maliki dan Hambali. Oleh karena itu mereka menamakan dirinya sebagai umat Islam Ahli Sunnah wal Jama’ah. Dan ini sesuai dengan hadist Rasulullah SAW, dalam kitab At-Thabari sebagai berikut : 
وَالذِّي نَفْسِيْ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقُ اُمَّتِيْ عَليٰ ثَلَثٍ وَسبْعِيْنَ فِرْقَةً فَوَاحِدَةٌ فِيْ الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ وَسَبْعُوْنَ فِيْ النَّارِ قِيْلَ : مَنْ هُمْ يَارَسُوْلَ اللهِ ، قَالَ : اَهْلُ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ ( رواه الطبرَني )
“Demi Tuhan yang memegang Jiwa Muhammad, umatku akan berfirqah (terbagi-bagi) menjadi 73 firqah, yaitu satu masuk surga, sedangkan 72 firqah lainnya masuk neraka. Para sahabat bertanya : Siapakah gerenagan firqah yang tidak masuk neraka itu ya Rasulullah ? Nabi menjawab : Ahli Sunnah wal Jama’ah.”(Hadist Imam Thabari).

Istilah yang dipakai Rasulullah SAW, tentang Ahli Sunnah wal Jama’ah itu telah diterangkan oleh para ulama Islam, di antaranya dalam kitab “Ittihaafusaadatil Muttaqin” karangan Muhammad bin Muhammad Al-Husni Az-Zabidi, yakni sebuah kitab yang mensyarahkan kitab Ihya ‘Ulumuddin karangan Imam Ghazali juz ke-2 halaman 6 sebagai berikut : 
I'tiqad Ahlisunnah wal Jama'ah
Inilah pegangan umat Islam di seluruh dunia dalam memahami dan mengembangkan aqidah atau ushuluddin.  Sedangkan dalam masalah ‘ibadah dan mu’amalah yang mencakup dalam fiqih Islam mereka, mengikuti salah satu 4  mazhab besar (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali).