Saturday, December 28, 2019

Berkembangnya Kerajaan Pasai Bersamaan Dengan Berkobarnya Perang Salib (Crusades)

Source: kisahsejarah.id

Pemerintah kerajaan Pasai berlangsung selama 435 tahun, dengan 18 orang sultan, dimulai dari Sultan Al-Malik Ibrahim Ibnu Makhdum yang memerintah pada tahun 388 H, hingga Sultan Al-Malik Shabarsyah yang merupakan Raja Pasai terakhir yang masa jabatannya berakhir pada tahun 423 H (144 M). 

Perlu dicatat, bahwa pada waktu kerajaan Pasai sedang meningkat dan berkembang,saat itu di Timur Tengah sedang berkobar “Perang Salib” (Crusades, huruf as-Salibiyah). Perang salib ini berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama, yakni sekitar 200 tahun. Mulai tahun 1095 hingga tahun 1270 M, secara gelombang demi gelombang, berlangsung selama 8 kali. Hal ini tak lain disebabkan karena orang Kristen di seluruh Eropa bergabung menjadi satu kesatuan di bawah pimpinan raja-raja mereka, di bawah satu komando menyerbu Timur Tengah dan merebut Masjidil Aqsa di daerah Palestina sekaligus menguasai wilayah itu dan daerah sekitarnya. 

Melihat orang-orang Kristen Eropa mengobarkan semangat perang dan begitu kuatnya solidaritas antara mereka untuk menyerbu Timur Tengah maka orang-orang Islam pun tak mau kalah, mereka melakukan hal yang sama di benua timur. Armada laut Inggris dan Spanyol selama perang salib itu mengambil peran aktif di laut, maka armada laut kerajaan Fathimiyah di Mesir pun juga mengambil peranan aktif dalam mengadakan mobilisasi perang untuk mengimbangi kekuatan mereka. Tak heran bila seorang laksamana laut Mesir bernama Nazimuddin Al-Kamil dengan armada lautnya bergerak menyinggahi negri-negri di Timur untuk mengorbankan semangat jihad fi sabilillah, dikalangan kaum muslimin Asia dalam menghadapi serbuan mereka. 

Dalam pelayarannya itu ia sampai ke pantai Sumatra. Dan sudah barang tentu, demi solidaritas Islam dan dikarenakan Masjidil Aqsha tanah suci Islam yang ke-3 berada dalam kepungan angkatan perang salib, ia mengambil peranan penting untuk ikut menyelamatkannya. Seperti telah diketahui bahwa Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi pada tahun 1168 M telah memegang komando perang dalam menghadapi perang salib. Dan ia telah menata struktur pemerintahannya berdasarkan mazhab Syafi’I dalam nilai-nilai hukum dan berdasarkan Ahli Sunnah wal Jama’ah dalam aqidah imaniyah selama 25 tahun pemerintahannya di Mesir. Karena itulah semua ahli sejarah telah mengakui hal ini. 

Oleh dunia Barat beliau disebut sebagai pakar perang salib dan merupakan lambang supremasi atau keagungan dunia Timur pada umumnya dan dunia Islam pada khususnya. Karena itulah kerajaan Pasai mengikuti sistem pemerintahannya dalam aliran mazhab Syafi’i dan ahlusunnah wal jama’ah. Bahkan juga kerajaan-kerajaan Islam sesudah Pasai seperti Perlak, Demak, Mataram, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku, sampai-sampai pada kerajaan-kerajaan kecil sesudahnya, semua mengikuti pola kerajaan Pasai.